MENYERTAKAN KELOMPOK STRATEGIS UNTUK MENYIAPKAN PELAKU PEMBANGUNAN PEDESAAN SEJAK DINI
Perjalanan yang melelahkan dari Bajawa yang dingin menuju kota Borong yang panas tak terasa lagi ketika aku diterima penuh keramahan oleh ibu Sun di tempat kediamannya. Ibu-ibu yang tadinya lagi ngobrol menyalamiku setelah diperkenalkan lebih dulu oleh yang empunya rumah. Sambil ngobrol, kami semua disuguhi kopi Manggarai yang enak. Ibu Sun memang telah menantikan kedatangan Sesawi Flores, setelah lebih dahulu berkontak tiga hari sebelumnya via telpon.
Tak lama berselang, bapak rumah menyapaku penuh akrab, “Selamat datang Pater, sudah tiba sejak tadikah?” “Terimakasih bapak bupati, sudah menyiapkan waktu buat kami hari ini,” kataku sambil mengulurkan tangan menyalaminya. Kecanggunganku hilang, walau saat itulah saat pertama aku bertemu dengan beliau, yang adalah orang nomor satu di kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Manggarai. Dalam hatiku, aku berguman, “Hari ini adalah hari bersejarah buat SESAWI FLORES. Hari ini adalah hari Jumat, tanggal 22 Mei 2010. Dan hari ini Sesawi Flores memulai sebuah tahap penting dalam kehadirannya, menggandeng kelompok strategis untuk berpikir bersama demi menyiapkan pelaku pembangunan pedesaan dan wilayah terpencil.”
Menyiasati Pembangunan Pedesaan ala Msgr. Hubertus Hermens SVD
Pertemuanku siang itu, yang berlangsung selama kurang lebih 5 jam bersama Bapak Yosef Tote, yang kini adalah Bupati Manggarai Timur memang jauh dari perhatian wartawan atau orang banyak. Rencananyapun singkat, difasilitasi seorang kenalan yang adalah seorang biarawati yang sedang berlibur. Namun yang dibicarakan dan disyeringkan sesungguhnya adalah hal yang diagendakan secara sangat matang: merencanakan penyiapan sumber daya pembangun untuk masyarakat pedesaan, masyarakat pesisir dan terpinggirkan.
Ketika pak Bupati mengomentari visi, misi dan kegiatan strategis Sesawi Flores, saya menjelaskan latar belakangnya dalam impian dan visi seorang kampiun pembangunan Propinsi Nusa Tenggara Timur, Msgr. Hubertus Hermens SVD. “Karya ini sebenarnya adalah sebuah karya lanjutan, pak”, kataku. “Saya melanjutkan apa yang telah dirintis oleh pendahulu kita, Pater Hermens yang telah menerima penghargaan CINCIN PEMBANGUNAN NTT, ketika aku masih sangat muda, siswa kelas I SMP Seminari Menengah Todabelu, tahun 1980. Saya ingat kata-katanya, ketika kami mengunjungi dia di Rumah Tinggi Mataloko: ‘saya punya ide besar dan bagus, tapi saya tak punya uang, tak punya polisi dan tentara, hal mana bias saya temukan pada pemerintah. Pemerintah punya semuanya. Maka saya omong dengan mereka agar ide besar dan bagus itu tak mubazir, tetapi menjadi ide pemerintah, sehingga berhasil’.“
“Pater, saya akan mendukung sepenuhnya usaha ini, dan saya akan mencari para calon penerima Bea Siswa Solidaritas Sesawi Flores dari seluruh wilayah Manggarai Timur dan mensponsori pembiayaan pendidikan mereka, demi pembangunan pedesaan Manggarai dan masyarakatnya,” kata bapak Bupati Yosef Tote. “Saya akan menindak lanjuti pertemuan kita ini, agar apa yang baik ini sungguh bisa dijalankan dengan segera,” ujarnya melanjutkan.
Peran Strategis Kepala Daerah Untuk Menyiapkan Guru dan Pelaku Pembangunan Wilayah Terpencil
Tanggapan pertama yang tak basa-basi ala Bupati Manggarai Timur lahir dari jati dirinya sebagai seorang pendidik. Mantan Kadis Pendidikan Manggarai ini memang terkenal sangat prinsipiil dalam menerapkan perencanaan strategis di bidang pendidikan.
“Pak, kepedulian terhadap pendidikan dan pembiayaannya sesungguhnya wujud tanggung jawab kita kepada kelangsungan bangsa ini,” kataku kepadanya menegaskan keyakinan Sesawi Flores dalam kiprahnya selama ini. “Kalau orang luar negeri peduli sekali dengan masalah ini, saya harapkan bahwa pemerintah kita juga mendukung usaha kami melalui SESAWI FLORES ini. Kami butuh dukungan baik dalam kebijakan maupun dalam hal sponsorisasi biaya bagi anak-anak orang sederhana di kampong, agar mereka bisa kembali dan membangun desanya dari sana,” lanjutku. “Dan orang seperti bapak Bupati tahu dengan baik peta wilayah, peta sumber daya dan pasti memiliki perencanaan untuk membangun wilayah ini mulai dari desa-desa terpencil di sini. Kami bisa mewadahi keprihatinan bapak melalui Sesawi Flores yang berupaya mendidik para calon guru dan pelaku pembangunan pedesaan.”
Kunjungan siang itu diselingi dengan santapan siang bersama, dan juga kunjungi ke kebun di rumah jabatan Bupati yang luasnya tak kurang dari 5 ha itu. “Kami juga sedang berusaha membantu biaya pendidikan dengan mengelola Kebun Buah Plus di lokasi kami yang kecil di Ngorabolo, Takatunga, Ngada, pak.” “Lalu mau ditanam apa di sana?” tanya pak Yos didampingi ibu Sun. “Kami mau tanam papaya Bangkok dan diselingi dengan pakan untuk ternak seperti jagung, talas, kestela, jahe, dan sayur-sayuran. Untuk maksud ini, kami akan mengirimkan tiga tenaga ke Yayasan Karang Widya untuk 6 bulan, guna dilatih dalam hal pertanian organik di sana.” ”Pater, kebun ini boleh Pater kelola selama masa jabatan saya. Hasilnya untuk membiayai Bea Siswa Solidaritas Sesawi Flores. Saya akan carikan seorang anak untuk bersama anak-anak Pater dilatih dalam hal pertanian organik, dan mereka akan mengelola kebun ini bersama Pater,” katanya mengakhiri pertemuan kami hari itu.
Sungguh sebuah tahapan penting dalam perjalanan Sesawi Flores. Tak muluk-muluk, tetapi ada komitmen yang dibangun bersama. SESAWI FLORES bersama Pemerintah Daerah yang bupatinya adalah seorang pemerhati dan pelaku pendidikan, yang memiliki hati untuk orang kecil di desa, di wilayah pesisir dan terpinggirkan.
Copyright @ Borong, 21 Mei 2010 by Ansel Meo