Nama yang dipilih untuk program bea siswa ini adalah “SESAWI FLORES”. Mengapa justru nama inilah yang dipilih? Bagaimana dan di mana proses penemuan akan nama itu terjadi? Sebagai orang yang mencetuskan ide kecil ini, saya ingin mengisahkannya kembali, seraya memberikannya arti baik dalam versinya yang pertama kali muncul, maupun perkembangan pemahamannya hingga sekarang ini.
1.1. Awalnya Sebuah Cita-Cita Untuk yang Kecil
Kehadiran SESAWI FLORES sesungguhnya tidak lahir di bumi Flores. Ia bermula dari sebuah paroki di pinggiran kota Derry, Irlandia Utara yang berbatasan langsung dengan County Donegal, Irlandia. Di kota kedua terbesar di Irlandia Utara ini, saya pernah melewatkan waktu-waktu berharga, belajar bahasa Inggris sambil berpastoral di paroki Keluarga Kudus Balimagroarty, yang beralamat di Aileach Road no. 1, Derry, BT 48 0AZ, bersama Romo Patrick O’ Kane, Pr. Di paroki ini saya tinggal selama + 6 bulan sejak 02 Pebruari hingga Juli 1996.
Menyaksikan sebuah kegiatan tabungan mingguan yang diprakarsa pihak paroki untuk membantu umatnya yang sederhana, guna menyiapkan biaya untuk membeli hadiah Natal bagi keluarganya, pikiran saya kembali ke tanah tempat lahirku, Flores di Indonesia. Nama pertama yang coba saya hubungkan ketika itu adalah SAWI, yang kebetulan ketika itu adalah nama sebuah majalah berbahasa Indonesia tentang pemberdayaan ekonomi, yang dikeluarkan oleh Komisi PSE Konperensi Wali Gereja Indonesia.
Dengan bantuan nama ini, saya memberikan nama atas ide berbentuk aksi solidaritas kecil ini sebagai SESAWI, nama tumbuhan kecil yang diambil Yesus ketika menjelaskan tentang Kerajaan Sorga yang diwartakanNya. Pemberian nama yang demikian, ketika itu terjadi pada 20 Pebruari 1996. Dan ide pertama yang saya kembangkan adalah Gerakan Tabungan Pendidikan untuk anak-anak berusia Sekolah Dasar hingga Sekolah Lanjutan Atas bagi anak-anak dalam lingkungan keluarga kecilku di Ngorabolo, Takatunga, sebuah dusun kecil di Golewa, Kabupaten Ngada, Flores. Pada tanggal 29 April 1996, tepat pada hari Ulang Tahunku yang ke – 30, Tabungan Pendidikan Sesawi lahir untuk anak-anak di dusun Ngorabolo, Taktunga, kecamatan Golewa, Ngada, Flores.
Jejak awal ini memang tak pernah dilupakan. Karena ketika saya meninggalkan paroki ini, ketika ditanya oleh pastor paroki, “bagaimana umat Ballimagroarty bisa membantu karya kerasulan saya?” saya menjawabnya dengan “Bantulah saya dengan mensponsori biaya pendidikan untuk yang kecil di tanah Flores”.
Dan tanggapan langsung ketika itu ialah gerakan siswa/i SDK Balimagroarty mengumpulkan uang jajan mereka sehari untuk membantu memulai Tabungan Pendidikan Sesawi di Ngorabolo, Ngada, Flores. Inilah awal Tabungan Pendidikan Sesawi I, yang dimulai tetapi tak dilanjutkan.
Janji umat Ballimagroarty untuk membantu kerasulanku di bidang pendidikan, memang tak pernah hilang dimakan rentang waktu dan jarak tinggal. Tahun 1999 ketika hendak menuju Indonesia, ketika saya mengunjungi paroki ini, saya disumbangkan sejumlah uang, yang setibanya di Indonesia langsung dijadikan dana awal bagi Bea Siswa Solidaritas Sesawi Flores.
Untuk tetap menghubungkan diri dengan kejadian awal di Derry, Irlandia Utara, tanggal lahir Program Bea Siswa Solidaritas Sesawi Flores (BS3F) atau yang disebut dengan SESAWI FLORES adalah 20 Pebruari 2000. Inilah hari berdirinya SESAWI FLORES.
1.2. Yang Kecil dan Berbasis Kristiani dari Flores - “Sesawi Flores”
Nama “Sesawi” yang menjadi identitas Bea Siswa Solidaritas Sesawi Flores ini bernafaskan iman Kristiani. Program bea siswa ini memang tak hanya diperuntukkan bagi yang beragama Kristen, namun spiritualitas dan semangat yang mendasarinya sungguh Kristiani dan berbasis biblis. Itulah identitas dirinya.
Nama SESAWI ini diambil dari perumpamaan Yesus tentang Kerajaan Sorga. “Kerajaan Sorga itu,” kata Yesus, “seumpama biji sesawi yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.” (bandingkan Injil Matius 13, 31-32).
Arti harafiah yang dimaksudkan tentang pohon sesawi dalam gambaran Yesus inilah yang diambil untuk menggambarkan tentang apa itu Sesawi Flores dan untuk apa dia hadir di bumi Flores ini.
Dan untuk melengkapi identitas dirinya, SESAWI ditambahkan dengan FLORES, nama salah satu pulau dari gugusan pulau di Nusa Tenggara, Indonesia, yang sejak dahulu kala hingga kini menjadi basis yang kuat bagi kekristenan di Indonesia, bahkan kini menjadi penyumbang terbesar misionaris ke seluruh dunia.
Jadi SESAWI FLORES adalah yang kecil dan berbasis Kristiani dari Pulau Flores. Dan yang hendak digambarkan dengan nama ini tentang para anggotanya ialah bahwa Sesawi Flores itu memang kecil, tetapi KECIL itu INDAH. Keindahan Sesawi di bumi Flores ini nampak dalam:
a) Para anggotanya yang adalah orang kecil, miskin tetapi berkemauan untuk merobah tingkat kehidupan mereka melalui kerja keras yang terbimbing dan lewat pendidikan.
b) Usahanya kecil karena modalnya kecil dan merupakan bantuan dari orang-orang yang punya keberpihakan atau opsi untuk membantu orang kecil.
c) Memiliki cita-cita bersama yang diusahakan dengan menggalang kerjasama, solidaritas untuk saling membantu dengan sasaran membantu membiayai pendidikan anak-anak.
d) Karena pendidikan anak-anak menjadi sasarannya, maka Sesawi Flores sesungguhnya adalah sebuah upaya nyata untuk membantu meningkatkan kualitas manusia muda lewat pendidikan. Para alumninya diharapkan memiliki komitmen untuk meningkatkan pendidikan anak usia dini di lingkungan tempat kerjanya.
1.3. Motto dan Prinsip, Pelindung dan Hari Perayaan Penting
Dalam mewujudkan cara beradanya SESAWI FLORES dijaga dan dituntun pula prinsip dan motto sebagai landasan bertindaknya. Ada tokoh-tokoh yang menjadi inspirator bagi arah perjuangannya serta hari-hari penting yang perlu dikenang dalam sejarah kehidupannya.
1.3.1. Motto dan Prinsip
Motto utama kami yakni Bersama Menuju Suatu Masa Depan yang Lebih Cerah. Motto ini akan selalu ditulis bersama SESAWI FLORES, yang akan ditulis dalam bahasa Inggris : “Together Towards A Brighter Future”.
Dalam setiap usaha kecil yang produktif, motto ini akan dipadukan dengan prinsip Tiga (3) M yakni Mulai dari Diri Sendiri, Mulai dari yang Kecil dan Mulai dari Saat Ini.
1.3.2. Logo Utama dan Penjelasan Artinya
Inilah logo utama SESAWI FLORES. Di dalam logo nampak dengan jelas unsur-unsur berikut ini, dengan artinya masing-masing:
Salib simbol iman Kristiani : Inilah roh dan spiritualitas gerakan ini. Dari imannya akan Yesus Kristus yang berkorban untuk semua demi menyelamatkan semua dengan wafat di kayu salib, program Bea Siswa Solidaritas ini bermaksud menghidupkan realitas iman akan Yesus Kristus yang tersalib itu bersama mereka yang dalam kenyataan memang tersalib. Iman inilah yang menginspirasikan cara bertindak program ini bersama anggota yang bergabung di dalamnya. Walaupun para anggotanya tak mesti beriman akan Yesus Kristus.
Pohon/Tumbuhan (Sesawi): Tumbuhan kecil yang bertumbuh menjadi rindang ini adalah tempat para anggota bernaung, membangun ‘kediaman’ untuk masa depan penuh harapan dan menghantar orang lain berada di bawah naungan rerimbunan dedaunannya. Ia melambangkan kehidupan dan harapan, yang mesti disebarluaskan oleh semua yang bergabung bersamanya.
Lingkaran : Melambangkan solidaritas yang keluar dari Salib dan berakhir pada salib. Program ini memang berciri solidaritas, ada dan peduli serta solider bersama yang susah, kecil dan sederhana, sebagaimana Yesus sendiri memilih mengidentikan dirinya dengan mereka.
Tulisan multi warna “SESAWI FLORES” : Inilah nama Program Bea Siswa Solidaritas ini.
Tulisan “Together Toward a better/brighter future”: Motto “Bersama Menuju Suatu Masa Depan yang Lebih Baik/Cerah” akan selalu tersanding bersama tulisan Sesawi Flores. Artinya program ini menghargai pribadi dalam kebersamaan dan memadukan kekuatan keduanya untuk meraih satu masa depan yang lebih cerah.
1.3.3. Pelindung dan Tokoh – Tokoh yang Dipanuti
1.3.3.1.Pelindung : St. Yudas Thadeus
Pelindung Program Bea Siswa ini adalah Santu Yudas Thaddeus. Pestanya dirayakan pada setiap 28 Oktober setiap tahun. Mengapa dialah yang dipilih menjadi pelindung program ini?
Bermula dari sebuah pengalaman kecil di tahun 2001 ketika dua orang siswi SMU St. Petrus diusir dari ruang kelas dan diperkenankan mengikuti ujian. Mereka berdua datang menemuiku di kantorku di Pusat Pastoral Keuskupan Agung Ende, beralamat di Jl. El Tari, Ende untuk meminta bantuan uang sekolah supaya dapat mengikuti ujian mereka.
Tanpa uang sepeserpun untuk membantu, saya memberanikan diri menelpon Kepala Sekolah mereka dan meminta agar kedua siswi ini diisinkan masuk sekolah dan mengikuti ujian, dengan jaminan keuangan mereka akan saya bayarkan setelah hari itu. Saya pun memulai doa kepada St. Yudas Tadeus untuk orang-orang yang dalam kesulitan keuangan.
Dua hari setelah itu, ketika kembali dari mengajar di STIPAR Atmareksa, saya menemukan sebuah amplop dengan tulisan untuk Pater Ansel Meo SVD. Pengirimnya tak pernah kutahu siapa, namun ditulis di dalamnya, “Pater bisa menggunakannya untuk pendidikan”. Dan jumlah, persis sejumlah uang sekolah kedua anak SMU St. Petrus yang harus saya lunaskan.
Bagi saya waktu itu, apapun penjelasannya, saya melihatnya sebagai pengabulan doaku dengan perantaraan St. Yudas Thadeus. Sejak itulah, ia menjadi pelindung khusus bagi saya dan program ini. Dan sejak saat itu pula anak-anak dalam keluargaku, kuminta diberi nama Yudas Thadeus.
1.3.3.2.Tokoh-Tokoh Panutan Penting
Walaupun tak memberikan banyak catatan, dua tokoh penting yang pernah sangat berpengaruh di bidangnya, telah menjadi sumber inspirasi yang kuat bagi program ini. Keduanya adalah pastor-pastor misionaris Serikat Sabda Allah yang pernah mengabdikan dirinya di paroki St. Yosef Laja, dan pernah sangat kuat menginspirasi kecintaan saya akan pendidikan, pemberdayaan ekonomi umat dan kecintaan kepada orang yang kecil dan sederhana. Mereka adalah para hamba Tuhan, P. Hubertus Hermens Maku Maja, SVD dan hamba Tuhan P. Yohanes Hudec SVD.
Pater Hubertus Hermens SVD semasa hidupnya memberi perhatian bagi proyek pengairan Zaà dan pembangunan ekonomi umat yang berdampak pasar global, serta seorang pendoa yang menghubungkan doa dengan perjuangan keseharian umatnya di kebun, yang sakit dan sekolah baik untuk panggilan khusus sebagai imam, bruder dan suster maupun sekolah keahlian lainnya saat itu. Atas jasa-jasanya itu pastor yang pernah menjabat Prefek Apostolik Nusa Tenggara yang berkedudukan di Denpasar, akhirnya dianugerahi juga Cincin Pembangunan NTT. Ia wafat pada tanggal 13 Pebruari 1978 dalam usia 82 tahun.
Sebagai penggantinya, P. Yohanes Hudec SVD juga memiliki andil yang besar untuk dicatat. Pemerhati pendidikan dan pemberdayaan umat Allah ini hadir di tengah umatnya tanpa kenal lelah. Seorang pendoa yang ulet, juga dengan caranya membebaskan semua orang kuasa black magic yang merugikan umatnya. Kebiasaannya berkotbah tentang surga dan neraka, memang membuat dia diidentikkan dengan sebutan itu, tetapi sesungguhnya ia seorang ahli pastoral yang sangat kompeten di bidangnya. Ia wafat tanggal 15 Pebruari 1995 dalam usia 72 tahun.
Keduanya diabadikan bersama dalam sebuah nama Sekolah Menengah Pertama di Paroki Laja, yakni SMPK St. Hubertus Yohanes Laja. Tempat peristirahatan mereka berdampingan di pekuburan Kemah Tabor, Mataloko, Ngada. Dan lang tahun kematian mereka menjadi momen penting dalam keseharian umat wilayah paroki Laja.
1.3.4. Hari-Hari Penting dan Perayaannya
1.3.4.1.Hari Jadi
Hari lahir Program Bea Siswa Solidaritas Sesawi Flores adalah tanggal 20 Pebruari 2000. Karena itu tanggal 20 Pebruari dirayakan sebagai hari ulang tahun kelahirnya pada setiap tahun.
1.3.4.2.Hari Pesta Pelindung
Pesta St, Yudas Thadeus dirayakan sebagai pesta Pelindung Program ini yang dirayakan pada 28 Oktober setiap tahun. Sejauh memungkinkan perayaan ini akan selalu didahului dengan Novena kepada St. Yudas Thadeus yang dimulai sejak 19 Oktober soreh. Sedapat mungkin umat secara luas diajak untuk menyebarluaskan devosi kepada orang kudus ini.
Untuk mengenangkan St. Yudas Thadeus, Sesawi Flores akan mengusahakan membangun sebuah kapela devosi terhadapnya, yang akan diperkenalkan secara luas kepada umat.
1.3.4.3.Hari-Hari Penting Lainnya
Hari-hari peringatan kematian kedua gembala dan hamba Tuhan P. Hubertus Hermens SVD dan P. Yan Hudec SVD, pada 13 dan 15 Pebruari setiap tahun akan menjadi hari-hari refleksi dan refreshing tentang pastoral umat, pendidikan dan pemberdayaan umat. Juga akan menjadi kesempatan ziarah ke makam mereka.
1.4. Gerakan dan Aksi Solidaritas yang Memberi Manfaat Sejak Awal Keberadaannya
Dari nama dan motto yang telah kami sampaikan di atas, kami memahami Sesawi Flores sebagai sebuah Gerakan dan Aksi Solidaritas yang dimulai oleh orang kecil dan sederhana, yang bermaksud menggalang kerjasama untuk membantu memberdayakan dirinya sendiri lewat pendidikan dan kerja keras, dan yang pada gilirannya diharapkan bisa membantu orang lain yang nasibnya lebih tidak beruntung dari mereka.
Karena Sesawi Flores mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil dan mulai dari saat ini, maka sejak awal berdirinya, kami menginginkan dan mengorientasikan agar ia sudah memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Sebagaimana burung di udara bisa membuat sarang-sarang mereka di dahan sesawi, kami mencita-citakan agar SESAWI FLORES bisa memberikan sumbangan nyata bagi perkembangan masyarakat melalui pendidikan.
No comments:
Post a Comment